Ayo Main Game Jokowi !!!!

 Meskipun belum resmi launching, game 'Selamatkan Jakarta' hingga saat ini sudah dimainkan oleh lebih dari 50.000 kali di dunia maya. Permainan melalui internet itu merupakan salah satu inovasi baru personal branding cagub DKI Jokowi dalam menghadapi putaran kedua Pilkada DKI Jakarta.

"Dalam tempo singkat sejak hari Sabtu (18/8) lalu hingga saat ini, game ini sudah lebih dari 50.000 kali dipermainkan," kata Koordinator Bidang Komunikasi & Media Center tim kampanye Jokowi-Basuki, Budi Purnomo Karjodihardjo, melalui rilis yang diterima merdeka.com, Rabu (15/8).

Dia menargetkan, setidaknya hingga Pilkada putaran kedua nanti, game tersebut akan dimainkan lebih dari 1 Juta kali oleh netizen Indonesia.

"Kita belum launching saja, sudah dimainkan lebih dari 50.000 kali, apalagi jika nanti sudah dilaunching," ujarnya.

Sementara itu, pencetus permainan ini, Juwanda menuturkan bahwa para netizen bisa mengakses game ini melalui facebook (apps.facebook.com/selamatkanjakarta) atau PC (www.metric-design.com/game.swf ).

"Untuk versi beta ini terdapat 30 level permainan dan akan ditambah lagi setelah launching resmi, yang rencananya akan dilaunching langsung oleh Jokowi. Game ini sangat mudah dimainkan karena diadaptasi dari game yang sangat populer Angry Bird dengan berbagai modifikasi gaya permainan", ungkapnya.

Dirinya menjelaskan, tokoh jagoan dalam game ini adalah Jokowi yang mempunyai misi untuk menyelamatkan Jakarta dari 'biang-biang' permasalahan Jakarta yang ada selama ini seperti, oknum pejabat, pengusaha hitam, pelaku kriminal dan sampah yang melambangkan kekumuhan dan kemiskinan.

"Untuk membersihkan masalah Jokowi bisa menggunakan senjata-senjata yang ada seperti Bom tomat, Rocket dan TNT. Tapi ingat jangan sampai Jokowi ikut menghancurkan 'warga yang baik' yang menjadi teman Jokowi di game ini," terangnya.

"Ini merupakan pesan dan harapan secara tidak langsung bagi Pak Jokowi, jangan sampai ketika menjadi gubernur mengambil kebijakan-kebijakan yang menyakiti warganya," lanjutnya.

Sedangkan ketika ditanyakan tujuan dari pembuatan game ini sendiri, Juwanda mengutarakan bahwa ini merupakan bentuk kontribusi & support bagi Jokowi-Basuki untuk perubahan positif bagi Jakarta dan Indonesia.

"Selain itu kami juga menyampaikan pada masyarakat bahwa pendidikan politik bisa dilakukan dengan cara menyenangkan yaitu dengan bermain game," pungkasnya.

Sumber : www.merdeka.com
 

Main Hotspot Gratisan Bisa Mencuri Data Penting Anda!


Anda suka dengan akses internet gratis yang biasanya bertebaran di Mall, Cafe dan tempat umum lainnya? Jika iya, maka mulai sekarang saya sarankan untuk menghentikan kebiasaan tersebut, kenapa?

WiFi tanpa password. Mendengarnya, pemburu koneksi gratisan pasti sangat menyukainya. Namun tahukah Anda jika akses internet gretongan tersebut terindikasi modus baru dalam cybercrime?

Technical Consultant Symantec Indonesia, Fransiskus Andi Indromojo mengatakan jika akses internet tanpa kata sandi tersebut patut diwaspadai oleh pengguna internet.

Bukan tak mungkin jika WiFi ini adalah sebuah bola pancingan yang dilempar pelaku kejahatan (cyber) dengan target pengguna mobile.

WiFi berisiko bisa mendukung terjadinya pencurian data. Kalau ada WiFi yang tidak pakai password, jangan memasukan identitas kredensial. Identitas kredensial yang dimaksud adalah ‘kunci’ akun di internet. Misalkan saja username dan password.

Menurutnya, jika pengguna memasukkan identitas tersebut di lokasi WiFi tanpa password, sangat dimungkinkan data pribadi tersebut bisa dicuri oleh pelaku.

Lantas bagaimana cara pelaku mencuri identitas korban? Nantinya pelaku akan merancang tampilan sebuah situs yang menyerupai situs aslinya.

Dan ketika korban memasukkan identitas kredensial tersebut maka data-data yang diinput akan masuk ke server pelaku.

Dengan demikian, setelah data dan informasi korban dapat dipegang pelaku maka ia bisa melakukan apa saja yang ujungnya pasti merugikan si korban.

Lantas bagaimana berinternet yang aman dan nyaman di publik hotspot? Carilah lokasi WiFi yang memiliki password.

Di cafe atau hotel dan ‘lokasi terpercaya’, umumnya menggunakan username dan password di setiap WiFi yang mereka sediakan bagi pelanggan.
 

Sampai Kapan Android Open Source?

Ketika Februari lalu, saat Google sedang berusaha menggolkan proses akuisisi terhadap Motorola Mobility, muncul isu bahwa Android di masa mendatang tidak lagi open source. Isu ini semakin santer di media tatkala CEO Hewlett Packard (HP), Meg Whitman, mengungkapkan hal tersebut di depan publik dalam konferensi HP Global Partner di Las Vegas, Amerika Serikat.

Isu Android tidak lagi open source juga sempat terdengar tahun lalu ketika Google tak juga merilis source code Honeycomb. Banyak media menyebut bahwa tak dirilisnya source code Honeycomb adalah salah satu indikator bahwa Google akan menggunakan kekuasaannya untuk mengatur bagaimana Android digunakan di masa mendatang.

Berbeda dengan Apple yang menjual iOS berikut dengan hardware, baik berupa iPhone maupun iPad, Google tidak menjual Android. Yang dilakukan oleh Google sejak awal adalah merilis source code Android ke publik, mengijinkan siapa saja untuk membuat Android versi mereka sendiri dan kemudian menjualnya bersama handset.

Sebagaimana proyek open source lain, dari luar Android bagi Google tampaknya hanya proyek senang-senang yang tidak ada untungnya. Tetapi sesungguhnya dari setiap handset yang terjual -– milik siapapun dari Samsung, HTC, maupun Motorola -- Google telah mendapatkan keuntungan yang tak sedikit.

Jika memiliki telepon pintar Android, satu fitur yang pasti Anda gunakan adalah pencarian. Baik pencarian yang diketik dengan keyboard, memanfaatkan fitur voice recognition, maupun menggunakan tulisan tangan -- yang baru dirilis beberapa hari lalu -- semuanya memanfaatkan teknologi yang dimiliki oleh Google.

Tidak hanya hasil pencarian, melainkan juga sejak dimulainya merekam suara ataupun mencoretkan karakter di layar setiap handset Android sesungguhnya telah menjadi bagian dari membantu kelangsungan hidup Google.

Hal lain yang pasti ada dalam setiap handset Android adalah Google account. Dimulai dari saat registrasi handset ketika pertama kali dinyalakan, GMail, Google Translate, Google Maps, Drive, Google Play, hingga Google+ dan YouTube.

Semua fasilitas ini diberikan ke pengguna secara cuma-cuma oleh Google. Namun, hal ini memiliki hanya satu tujuan yaitu dalam rangka agar layanan miliknya terjamin memiliki pengguna.

Android bagi pengguna adalah Google dalam genggaman. Email akan tersinkronisasi dan diakses dengan mudah. Dokumen dapat dibuka, edit, simpan maupun hapus via Drive. Mendengarkan musik, membeli film, aplikasi, buku maupun device dapat dilakukan dalam Play Store.

Foto yang diambil dengan handset pun dapat langsung diunggah ke Google+ photo tanpa proses yang bertele-tele. Demikian pula dengan melacak halaman situs yang telah dibuka di komputer melalui Chrome for Android maupun sebaliknya. Semuanya dapat dilakukan dengan sangat mudah karena ketersediaan akun Google dalam Android.

Google, seperti halnya dengan Facebook ataupun Yahoo! adalah perusahaan yang hidupnya dari layanan. Adalah hasil pencarian, penggunaan Google Plus, aktivasi Android, dan penggunaan email maupun iklan lah yang membuat Google terus berkembang dan menjadi besar.

Android adalah alat yang dibuat Google untuk menjadikan semua layanan miliknya menjadi semakin digunakan oleh siapa saja. Manfaat yang sama juga dirasakan pengguna, mereka yang memiliki 'keterikatan' dengan Google dapat dengan mudah melakukan segalanya cukup dari genggaman tangan.

Dengan membuat Android menjadi open source dan dapat dipakai dan/atau dimodifikasi oleh semua vendor hardware handset di seluruh dunia, Google telah membangun sebuah ekosistem sendiri yang cukup besar sehingga tidak mudah untuk diruntuhkan.

Sebuah ekosistem yang dibangun dengan bantuan vendor hardware, provider telepon, developer dari seluruh dunia dengan pencapaian angka 900 ribu aktivasi setiap harinya. Semuanya bisa dicapai cukup dengan membuat Android menjadi sebuah produk open source.

Dengan merujuk kepada semua itu tadi wacana Android akan menjadi sebuah produk closed source rasanya tidak lagi beralasan. Dan kembali ke pertanyaan sampai kapan Android akan open source?

Merujuk pada perjanjian yang dibuat antara Google dengan pemerintah China ketika proses akuisisi Motorola Mobility, jawabnya adalah paling sedikit lima tahun ke depan. Tapi dengan semua alasan di atas, jawabannya adalah -- kemungkinan besar -- selamanya.

Sumber : detikInet